BANDUNG — Kabar kurang baik memasuki dunia pertambangan dunia. Betapa tidak kini, raksasa tambang global BHP memperingatkan perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Hal itu, akan memperburuk kondisi pasokan tembaga diramal akan semakin langka. Tembaga merupakan logam penting untuk transisi energi ramah lingkungan.
Semakin mudahnya pusat data dan AI membutuhkan komputasi dengan energi masif bisa meningkatkan permintaan tembaga global. Hal itu, sebesar 3,4 juta ton per tahun pada tahun 2050, kata kepala keuangan BHP Vandita Pant. Dilansir dari laporan The Financial Times.
Baca juga: ihsg-diprediksi-menguat-jelang-akhir-pekan-awal-september-ini/
“Kini, permintaan pusat data terhadap tembaga kurang dari 1%. Tetapi, diperkirakan akan meningkat menjadi 6 hingga 7 persen pada tahun 2050,” ucapnya. “Saat ini, ada banyak penggunaan tembaga di pusat data.”
BHP, perusahaan pertambangan terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Memperkirakan permintaan tembaga global akan meningkat menjadi 52,5 juta ton per tahun pada tahun 2050. Naik dari 30,4 juta ton pada tahun 2021 – peningkatan sebesar 72%.
Hal itu menurut dia, perkembangan AI membentuk kembali rantai pasok energi dan permintaan komoditas di seluruh dunia.
Perkiraan akan berkurangnya pasokan tembaga sudah memicu hiruk pikuk perusahaan. Hal itu, untuk memperoleh akses terhadap pertambangan tembaga. Termasuk kegagalan penawaran BHP senilai £ 39 miliar untuk melakukan merger dengan perusahaan Anglo American terdaftar di London pada awal tahun ini.
Pada bulan Juli 2024 BHP, bersama dengan Lundin Mining Kanada, membayar US$ 3 miliar. Hal ini, untuk mengakuisisi perusahaan eksplorasi Filo, asetnya mencakup prospek tambang tembaga. <Anto/geobdg>